Berbagi Pengalaman Mendapatkan Beasiswa LPDP – Albert Christian Soewongsono

Oleh : Albert Christian Soewongsono, Awardee Beasiswa Afirmasi LPDP Periode I Tahun 2016 Alumni FST Matematika Universitas Nusa Cendana Tahun 2015

Hi scholarship hunters, pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman mendapatkan salah satu beasiswa studi lanjut yang bergengsi di Indonesia yakni, beasiswa LPDP. Perjuangan saya dalam mencari beasiswa ini telah bermula jauh sebelum saya diwisuda pada Desember tahun lalu. Saya telah mencari informasi mengenai berbagai jenis beasiswa lanjut seperti, Australia Awards Scholarship (AAS), Fulbright Scholarship sampai dengan NZAS melalui pameran pendidikan dan info session yang diselenggarakan baik oleh penyedia beasiswanya maupun para alumninya sejak tahun 2013.

Pentingnya Prestasi Akademik dan Organisasi

Berawal dari keinginan untuk mendapatkan beasiswa, saya bertekad untuk mempunyai akademik yang baik serta terlibat dalam aktivitas – aktivitas sosial. Dari tekad itu, saya akhirnya bisa lulus dengan IPK 4,00 dengan lama studi tujuh semester. Selain itu, selama studi Strata 1 (S1), saya bersama teman – teman kuliah telah mendirikan beberapa organisasi seperti, Mahasiswa Indonesia Timur Relasi Asing (MITRA) dan Australia – Indonesia Youth Association (AIYA) Chapter NTT serta telibat dalam beberapa aktivitas kemasyarakatan di kota saya tinggal. Nah, saya ingin tekankan pada teman – teman bahwa selain memiliki prestasi yang baik, pengalaman dalam aktivitas sosial juga sangat penting dalam mendukung Curiculum Vitae (CV) kita saat mendaftar beasiswa. Hal ini karena kebanyakan beasiswa sangat menekankan pada konsep “Pembangunan” bagi para penerima beasiswanya, oleh karena itu apabila teman – teman telah mempunyai suatu bentuk pengabdian kepada masyrakat sebelumnya, tentu itu akan menjadi nilai plus bagi reviewer.

Awal Mengenal Beasiswa Luar Negeri

Awal mula saya mengetahui tentang Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) adalah dari pengumuman mengikuti info session oleh para awardee beasiswa LPDP melalui grup Berburu Beasiswa Ala FAN (BBAF) bertempat di Gedung Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia cabang Nusa Tenggara Timur (GMKI NTT). Melalui Info Session tersebut saya memperoleh banyak informasi tambahan mengenai apa itu beasiswa LPDP serta tips-tips mulai dari mendaftar hingga mengikuti seleksinya. Saran saya, selain melalui info session, teman – teman juga harus berinisiatif untuk mencari secara mandiri mengenai beasiswa ini melalui link beasiswa LPDP. Setelah teman – teman paham mengenai beasiswa LPDP ini, teman – teman bisa mulai mempersiapkan berkas – berkas yang dibutuhkan (yang menurut saya cukup banyak).

Mulai Mendaftar Beasiswa LPDP

Saya mendaftar beasiswa LPDP jalur Afirmasi kategori Terdepan, Terdalam dan Terpencil (3T) Program Magister Luar Negeri untuk periode I tahun 2016. Saya melakukan pendaftaran pada 6 Januari 2016. Ada sebuah alasan mendasar mengapa saya memilih mendaftar melalui jalur kategori 3T. Saya kembali kepada tujuan awal dari beasiswa ini yakni, mengharapkan alumninya untuk menjadi kader pemimpin masa depan bangsa untuk membangun daerahnya ke arah yang lebih baik.

Menyiapkan Berkas – Berkas Yang Dibutuhkan

Saya mulai mempersiapkan berkas – berkas yang dibutuhkan seperti Ijazah dari Sekolah Dasar (SD) hingga S1, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK),  Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba. Khusus untuk program Luar Negeri harus ada Surat Keterangan Bebas Tuberculosis (TBC) yang semuanya wajib diurus di Rumah Sakit pemerintah. Saya waktu itu mengurus di RSUD W.Z. Yohannes. Selain itu harus ada Surat Rekomendasi serta beberapa dokumen lainnya yang dapat dilihat pada : Buku Pedoman Pendaftaran Beasiswa Afirmasi. Nah disini, saya ingin sedikit menekankan pada surat rekomendasi. Menurut saya, keberadaan surat ini akan cukup berpengaruh kepada kualitas berkas kita. Waktu itu, saya memperoleh surat rekomendasi sebanyak 5 buah (minimal yang disyaratkan oleh LPDP sebanyak 2 buah) dari Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan dari beberapa dosen yang meminta saya menjadi asisten di mata kuliah mereka. Alasan saya mencari Surat Rekomendasi dari mereka adalah berdasarkan rencana saya sepulang studi nanti yakni, ingin mengabdi menjadi dosen di jurusan saya waktu S1 dulu oleh karena itu, pendapat dari mereka mempunyai pengaruh yang sangat besar kepada kualitas berkas yang  saya kirim. Bagi yang telah bekerja di sebuah instansi dan ingin tetap mengabdi di instansi tersebut, disarankan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari atasan tempat teman-teman bekerja.

Selain persiapan surat rekomendasi, dokumen lainnya yang menurut saya cukup menguras tenaga dan waktu adalah esai. Sebab, jumlah esai yang diwajibkan oleh LPDP adalah yang paling banyak jika dibandingkan dengan esai beasiswa lain. Esai yang diwajibkan oleh LPDP antara lain, Kontribusi Bagi Indonesia, Sukses Terbesar Dalam Hidup dan Rencana Studi. Saran saya, yang pertama alokasikan waktu yang cukup dalam menulis esai tersebut sebab esai tidak mungkin dapat diselesaikan dalam 1 hingga 2 hari. Pengalaman saya dulu ketika menulis esai membutuhkan waktu hingga 2 bulan. Yang kedua, lakukanlah proof reading dari para alumni atau penerima beasiswa LPDP yang kita kenal serta dari teman – teman terdekat. Waktu itu, saya meminta kesediaan tiga teman dan penerima beasiswa LPDP sebelumnya untuk melakukan proof reading terhadap esai yang saya tulis. Selain kedua hal di atas, hal lainnya yang cukup memusingkan saya waktu melakukan pendaftaran awal adalah mempersiapkan sertifikat baik berupa prestasi, seminar maupun pelatihan – pelatihan yang pernah saya ikuti. Alasannya, karena LPDP mensyaratkan ukuran file dokumen yang dapat diupload maksimal 1 mb dan dalam format PDF atau RAR sedangkan, sertifikat yang akan saya upload berjumlah lumayan banyak. Tips dari saya bagi teman – teman, agar mencari software offline maupun online yang dapat mengecilkan ukuran file pdf. Teman-teman dapat merujuk pada link ini berkaitan dengan mengecilkan ukuran file pdf.

Selain mempersiapkan dokumen – dokumen tersebut, teman – teman juga bisa mulai membuat akun di LPDP dan mulai mengisi CV online dalam akun masing – masing sejak dini. Hal ini karena ada banyak hal yang harus diisi dan seringkali ada hal yang lupa diisi dalam CV entah itu aktivitas atau kegiatan perlombaan yang pernah diikuti hingga pengisian data diri. Teman – teman tidak perlu khawatir sebab data dalam akun masing – masing dapat diedit kembali apabila belum mengklik tombol “Submit”. Link pembuatan akun dapat dilihat disini, http://beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id/. Akhirnya, setelah semua dokumen selesai dipersiapkan dan data dalam akun telah terisi dengan lengkap, saya mengirimkan berkas saya secara online pada 6 Januari 2016. Oh iya teman – teman dihimbau untuk mengirimkan jauh – jauh hari sebelum batas akhir pendaftaran karena biasanya mendekati batas akhir pendaftaran, akun kita akan sulit untuk diakses disebabkan oleh banyaknya pendaftar yang masuk pada waktu yang bersamaan. Saya berhasil melakukan submit pada dini hari setelah menunggu kurang lebih sejam ketika tidak ada terlalu banyak peserta lain yang melakukan pendaftaran. Setelah selesai mendaftar, saya tidak lupa untuk memanjatkan doa agar segala sesuatu yang telah dipersiapkan dengan baik pasti akan memberikan hasil yang baik pula.

Seleksi Substansi (On the Spot Essay Writing, Leaderless Group Discussion (LGD) dan Wawancara)

Pada 2 Februari 2016, saya mendapatkan pengumuman bahwa saya lulus seleksi administrasi dan akan mengikuti seleksi substansi yang terdiri dari On the Spot Essay Writing (Menulis Esai di Tempat), Leaderless Group Discussion (LGD) dan Wawancara. Nah teman – teman, menurut saya ini adalah tahapan paling krusial dalam mendapatkan beasiswa LPDP. Alasannya karena tes yang dilaksanakan cukup banyak dan terdengar asing bagi kebanyakan kita. Alasan lainnya adalah khusus untuk pendaftar program Magister/Doktoral Luar Negeri periode tahun 2016, seleksi dilaksanakan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Hal tersebut tentu menambah tingkat kesulitan tes itu sendiri oleh karena itu, sambil menunggu undangan mengikuti seleksi selanjutnya, saya menggali informasi lebih jauh mengenai prosedur ataupun mekanisme tes dalam seleksi substansi melalui artikel dalam blog dan juga melalui alumni/awardee sebelumnya serta memperbanyak membaca isu – isu yang sedang terjadi di Indonesia melalui media online maupun cetak yang akan sangat bermanfaat pada waktu mengikuti tes menulis esai di tempat dan LGD. Selain itu, latihan secara mandiri atau bersama – sama tentu akan menambah persiapan kita sebelum menghadapi tes yang sebenarnya. Khusus bagi teman – teman yang berada di area Kota Kupang dan sekitarnya bisa mengikuti simulasi seleksi substansi yang biasanya diselenggarakan oleh para awardee sebelumnya bertempat di Kantor IRGSC (Dekat RS Mamami Kupang).

Setelah menunggu sekiranya dua minggu, saya mendapatkan undangan untuk mengikuti seleksi substansi bersama 23 peserta lainnya bertempat di Gedung Keuangan Negara Kupang. Saya mendapatkan jadwal tes selama 2 hari yakni tanggal 1 Maret 2016 untuk tes Menulis Esai di Tempat dan LGD, dan seleksi wawancara pada keesokan harinya. Akhirnya, waktu seleksi yang ditunggu – tunggu pun tiba, saya datang ke tempat tes sekitar pukul 7 pagi dan dan bertemu dengan 23 peserta lainnya dimana beberapa diantaranya telah saya kenal sebelumnya melalui kegiatan simulasi dan organisasi. Tips dari saya, sebaiknya teman – teman datang 30 sampai dengan 60 menit sebelum tes dilaksanakan sebab waktu tersebut dapat digunakan untuk saling berkenalan dengan peserta lainnya maupun peserta dalam satu kelompok LGD yang telah dibagi sebelumnya dalam undangan yang diberikan dan juga untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tes ataupun, kemungkinan terburuk, jika ada sesuatu yang dilupakan di rumah seperti kartu peserta tes maka masih tersedia cukup waktu untuk mengambilnya. Tes pertama yang diikuti oleh para peserta adalah tes menulis esai di tempat. Pada tes ini pihak LPDP akan memberikan 2 buah topik tentang isu – isu terkini yang sedang terjadi di Indonesia. Peserta diberikan waktu 30 menit untuk menulis esai yang berisi latar belakang masalah, penyebab terjadinya masalah, sudut pandang penulis terhadap isu tersebut dan solusi/rekomendasi yang dapat diberikan. Saya mendapatkan dua pilihan topik yakni, topik mengenai politik dan pendidikan. Saya memilih yang kedua tentang, tren pendidikan saat ini yang lebih berorientasi pada besarnya prestasi yang diperoleh. Alasan saya memilih topik yang kedua, selain lebih mudah untuk dikembangkan maupun dibahasakan (Ingat untuk yang tujuan Luar Negeri, wajib menulis dalam Bahasa Inggris) juga karena saya mempunyai lebih banyak referensi (data maupun contoh) untuk mendukung argumen saya. Nah, dalam menulis esai, tidak ada batasan cakupan masalah yang diberikan oleh LPDP, oleh karena itu teman-teman berhak untuk membatasi masalahnya sendiri dengan tujuan agar esai kita menjadi lebih terarah dan solusi/rekomendasi yang diberikan dapat lebih fokus dan tepat sasaran. Sebagai contoh, untuk topik yang saya pilih, saya membatasi cakupannya untuk pendidikan sekolah menengah dengan mengangkat masalah nilai Ujian Nasional (UN) sebagai penentu kelulusan siswa dan citra sekolah dalam menerima siswa baru. Sebagai tambahan, teman – teman dapat membuat konsep tulisan terlebih dahulu pada lembaran kosong yang dibawa masing – masing dari rumah sebelum memulai menulis esai pada lembaran yang disediakan oleh LPDP. Berdasarkan pengalaman pribadi, waktu 30 menit yang diberikan itu terbilang cukup cepat sebab saya hampir tidak dapat menyelesaikan esainya sampai pada bagian solusi atau rekomendasi yang dapat diberikan. Bahkan beberapa peserta lainnya tidak sempat menulis bagian solusi atau rekomendasi. (Tips: Lebih baik menulis esai tidak terlalu panjang dengan memuat hingga solusi daripada menulis yang esai yang panjang tanpa solusi).

Setelah selesai mengikuti tes menulis esai di tempat, tes berikutnya yang harus dijalani pada hari itu adalah LGD dan kelompok saya yang terdiri dari 4 orang mendapatkan giliran ketiga. Waktu yang ada kami manfaatkan untuk menentukan moderator dan notulen diskusi saat LGD nanti. Berdasarkan diskusi dengan kelompok, saya dipercayakan terpilih menjadi moderator. Terpilih sebagai moderator dalam LGD bagi saya ada sisi baik dan kurang baiknya. Sisi baiknya, berdasarkan informasi yang saya dapat dari blog awardee sebelumnya, ada nilai tambahan yang diberikan oleh reviewer bagi moderator. Sisi kurang baiknya, yang pertama, karena ini adalah Leaderless Group Discussion atau bisa dikatakan diskusi tanpa pemimpin maka, tidak boleh ada yang mendominasi jalannya diskusi dalam hal, semua peserta diskusi mendapatkan kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapatnya oleh karena itu, sebagai moderator, harus dengan baik mengatur jalannya diskusi agar semua peserta diskusi mendapatkan kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapat tanpa terkesan seperti pemimpin diskusi/rapat. Yang kedua, karena saya berusia paling muda (18 Tahun) dibandingkan dengan anggota kelompok saya yang lain, hal itu tentu membuat saya semakin bertambah nervous ketika melaksanakan LGD. Kelompok kami pun masuk ke ruangan yang sudah disediakan untuk LGD. Dalam ruangan itu kami diawasi oleh seorang Ibu psikolog yang akan menilai cara kita menyampaikan pendapat dan menjalankan diskusi serta solusi yang kita berikan terhadap penyelesaian kasus yang diberikan. Waktu itu, kelompok saya mendapatkan kasus tentang revisi undang – undang bagi para teroris. Kami berperan sebagai staf khusus yang dimintai pendapat oleh Presiden untuk mengkaji draft revisi undang – undang yang diajukan oleh DPR. Waktu yang dialokasikan untuk LGD sekitar 50 menit tetapi kelompok saya telah selesai melakukan LGD sekitar 20 sampai dengan 30 menit saja. Dari pandangan saya, lama waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan LGD itu tidak mempengaruhi penilaian yang diberikan, sebab yang dinilai adalah sikap kita berbicara, dan kualitas pendapat yang diberikan. Tips dari saya, saat mengikuti LGD, jangan lupa untuk menulis pendapat pribadi dan pendapat yang disampaikan oleh peserta diskusi lainnya pada lembaran yang diberikan oleh reviewer sebab lembaran tersebut akan dikumpulkan setelah melaksanakan LGD dan yang terakhir jangan lupa untuk menyalami reviewer pada waktu sebelum dan setelah melaksanakan LGD.

Keesokan harinya, tiba saatnya saya mengikuti tes yang terakhir yakni wawancara. Saya mendapatkan jadwal pada jam 08:45 pagi. Ada beberapa peserta tes lainnya yang mendapatkan jadwal pada sore hari. Saat memasuki ruang wawancara jangan lupa menyalami para pewawancara dan menanyakan terlebih dahulu apakah boleh dipersilahkan duduk atau tidak (hal ini mungkin dianggap sederhana tapi mencerminkan sopan santun yang dimiliki). Dalam ruang wawancara, ada tiga orang pewawancara yang terdiri dari dua orang akademisi (Bapak dan Ibu) dan seorang ibu psikolog yang akan menilai kepribadian masing – masing peserta seleksi. Wawancara dilakukan dalam Bahasa Inggris dan juga sedikit Bahasa Indonesia pada 10 menit terakhir dari total 30 menit waktu wawancara. Tips dari saya, apabila pewawancara menanyakan dalam Bahasa Indonesia, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu apakah boleh memberikan jawaban dalam Bahasa Indonesia atau Inggris. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh pewawancara banyak mengenai akademik dan juga aktivitas sosial seperti, bagaimana bisa mendapatkan IPK sempurna padahal banyak terlibat dalam organisasi, pengalaman waktu mengikuti kegiatan kepemudaan. Nah, mengenai kegiatan kepemudaan ini, saya sempat ditanyakan lebih lanjut oleh pewawancara tentang alasan peran pemuda itu penting terhadap hubungan antar negara (kasus saya antara negara Australia dan Indonesia). Pertanyaan lain yang ditanyakan seperti, alasan memilih universitas dan juga rencana studi seperti rencana thesis yang akan ditulis serta, keyakinan dalam dapat memenuhi syarat nilai IELTS dari universitas tujuan. Oh iya, saya juga sempat ditanyakan mengenai rencana sepulang studi dan usaha dalam mewujudkannya. Proses selama wawancara tidak terasa tegang malahan lebih seperti diskusi bersama pewawancara. Tipsnya adalah berbicara apa adanya dan menjadi diri sendiri agar tidak terkesan ‘kaku’ ketika memberikan jawaban. Sehabis wawancara, jangan lupa untuk menyalami pewawancara dan menyampaikan ucapan terima kasih sebelum meninggalkan ruangan wawancara.

Demikian adalah pengalaman yang dapat saya bagikan dari tahap mencari informasi beasiswa hingga mendapatkan pengumuman lulus seleksi substansi program Magister Luar Negeri pada 10 Maret 2016. Jika ada yang ingin berkonsultasi bisa melalui email saya di: albert_soewongsono@yahoo.co.id

Salam LPDP!

 

Contoh Essay : Kontribusiku Bagi Indonesia-Albert Ch. Soewongsono,  Rencana Studi-Albert Ch. SoewongsonoSukses Terbesar Dalam Hidupku-Albert Ch. SoewongsonoCV-Albert Ch. Soewongsono

DSC_9540

Albert Ch. Soewongsono

 

 

37 thoughts on “Berbagi Pengalaman Mendapatkan Beasiswa LPDP – Albert Christian Soewongsono

  1. makasi sudah berbagi pengalaman, tentunya sangat membantu bagi kami para pemburu beasiswa lpdp … sukses dan sehat selalu tuk k albert … 🙂

  2. Makasih. Masih muda tapi bgtu memberi inapirasi.

    Bisa saya tau gikana cr dapat LoAnya dek?
    Trua wawancara kmrn all in english right?
    D melbourne kuliahnya februari?

    Aku punya minpi ngambil disitu juga. Public of administrationnya

    • Halo Debora, terima kasih sudah mampir ke artikel ini. Sebagai informasi, di bawah dari artikel ini ada attachment CV dan contoh2 essay. Jika ingin mengetahui lebih lanjut, silahkan menghubungi Albert melalui kontak yang terdapat di dalam CVnya ya. Semoga sukses untuk studi dan cita – citanya. 🙂

  3. terima kasih untuk informasinya. sangat membantu sekali. kebetulan saya masih di jenjang s1 semester 5. atas informasi beasiswa lpdp ini semoga dapat membantu saya dalam menyiapkan keperluan yang sangat krusial dari sekarang.

  4. terima kasih kak informasinya, kebetulan saya juga lewat beasiswa afirmasi, dan 3 hari lagi saya akan tes substansi 🙂 oiya kak, saya juga negara tujuannya Australia hehe. Semoga Tuhan membersamai saya

  5. Terima Kasih untuk informasinya sukses untuk semua yang sekarang sudah mendapat beasiswa mudahan dalam proses kami juga bisa.

  6. Pingback: Prosedur Pendaftaran LPDP (bagian 2) | KAMUROTENDAO

  7. Pingback: Berbagi Pengalaman Beasiswa LPDP (bagian 2) | KAMUROTENDAO

  8. Pingback: Pengalaman Mendapatkan Beasiswa LPDP

  9. Terima kasih sudah share, Kak! Sangat bermanfaat.

    Numpang promosi, ya, Kak.

    Apakah anda, keluarga atau teman baik Anda mempunyai IPK 3.0, lulusan S-1 yang terakreditasi, dari jurusan apapun, memiliki rencana untuk membangun Indonesia dan dibawah 35 tahun?

    Kami mendidik anak didik kami untuk memperoleh IELTS 7.5 & menjamin anda akan mendapatkan beasiswa 100% di luar negeri. 3000+ alumni kami sejak 1996, bersekolah di 4 benua.

    JAMINAN UANG KEMBALI*

    Untuk test institusional IELTS gratis & info beasiswa,
    contact: 0813 1663 4102

  10. Terimakasi mas sudah berbagi pengalamanya . Semoga dengan pengalaman yang anda berikan memberikan semangat bagi saya dan semuanya yang sedang mempersiapkan beasiswa lpdp. Salam sukses

Leave a comment