Kilas Balik Pengalaman Mendaftar 8th Heidelberg Laureate Forum hingga Diundang

Heidelberg Laureate Forum adalah sebuah forum yang mempertemukan 200 ilmuwan muda dalam bidang matematika dan ilmu komputer dari seluruh dunia untuk saling berbagi hasil riset dan berjejaring bersama selama 1 minggu di Kota Heidelberg, Jerman. Forum yang pertama kali diinisiasi … Continue reading

Notulensi Sesi Diskusi Daring Bersama Kelas Daring IELTS NTT “Persiapan, Ekspektasi, dan Realita Studi Pascasarjana oleh Penerima Beasiswa di 4 Benua” – Bagian II

Bagian pertama dari notulensi ini dapat dibaca melalui tautan berikut: Notulensi Sesi Diskusi Daring Bersama Kelas Daring IELTS NTT “Persiapan, Ekspektasi, dan Realita Studi Pascasarjana oleh Penerima Beasiswa di 4 Benua” – Bagian I BENUA AMERIKA Martha: Pertanyaan untuk Kak Stevie, … Continue reading

Notulensi Sesi Diskusi Daring Bersama Kelas Daring IELTS NTT “Persiapan, Ekspektasi, dan Realita Studi Pascasarjana oleh Penerima Beasiswa di 4 Benua” – Bagian I

Kelas Daring IELTS NTT kembali menyelenggarakan diskusi daring untuk publik pada hari Minggu, 8 Desember yang lalu. Dengan mengangkat tema diskusi: “Persiapan, Ekspektasi, dan Realita Studi Pascasarjana oleh Penerima Beasiswa di 4 Benua”, diskusi melalui grup Whatsapp ini diikuti oleh … Continue reading

Kelas Daring IELTS NTT’s Webinar Series #5: Remote Sensing & Environmental Monitoring – With Florina Stephanie Richard, Master of Science (Research) Candidate from Swinburne University of Technology

We would like to start this article by saying our thanks to everyone who have been following us until this stage. Your supports and keen on learning are essential for us to keep going. Today we had a privilege to … Continue reading

Kelas Daring IELTS NTT’s Webinar Series #4: Forestry, For Real: School and Work in the Environmental Sector – With Caroline ‘Dea’ Tasirin, Yale Graduate in Forest Science and Lecturer at Sam Ratulangi University

On last Friday, Kelas Daring IELTS NTT had a privilege to host another inspiring speaker with us. Caroline Tasirin or commonly known as Dea is a forest science graduate from Yale school of Forestry and Environmental Studies (FES) under CIFOR-USAID … Continue reading

Notulensi “Bincang-Bincang Tes Wawancara Beasiswa LPDP Bersama Kelas Daring IELTS NTT” (Bagian II)

Bagian I notulensi diskusi tes wawancara Beasiswa LPDP bersama Kelas Daring IELTS NTT dapat dibaca pada tautan ini: https://assosiasimitra.wordpress.com/2019/11/02/notulensi-bincang-bincang-tes-wawancara-beasiswa-lpdp-bersama-kelas-daring-ielts-ntt-bagian-i/ Kevin: Oh di beberapa kampus (setidaknya di kampus saya) kita bisa mengirimkan expression of interest, jadi itu berupa formulir yang berisi … Continue reading

Notulensi “Bincang-Bincang Tes Wawancara Beasiswa LPDP Bersama Kelas Daring IELTS NTT” (Bagian I)

Kelas Daring IELTS NTT kembali menyelenggarakan sesi bincang-bincang melalui media grup WhatsApp pada Sabtu, 2 November 2019. Pada kesempatan kali ini, diskusi yang diikuti sebanyak 142 peserta ini mengangkat topik seputar seleksi wawancara Beasiswa LPDP dan menghadirkan tiga orang narasumber … Continue reading

Kelas Daring IELTS NTT’s Webinar Series #2: How to get Research Internships– With Rebecca Latto, a research intern at Institute for Marine and Antarctic Studies (IMAS) University of Tasmania

Having been quite successful with previous webinar series with Tom and Albert from London, Kelas Daring IELTS NTT hosted another webinar series taking place on its Facebook page on this Saturday. This time the series was presented by Rebecca Latto, … Continue reading

Mengenal Sistem Orientasi Kampus di Australia Bagi Mahasiswa Baru

Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi tentang masa orientasi bagi mahasiswa baru di kampus-kampus di Australia. Pada tulisan ini saya akan menceritakan berdasarkan pengalaman ketika pertama kali mengalami masa tersebut di Australian National University (ANU). Sebelum itu, mungkin yang familiar di pemikiran teman-teman di Indonesia, ospek atau mabim bagi mahasiswa baru adalah kegiatan-kegiatan berupa pengenalan dengan senior, pengalaman dibentak oleh senior, ataupun kegiatan pengenalan angkatan lainnya yang membutuhkan daya tahan fisik, dan kebanyakkan melelahkan. Nah, di kampus-kampus di luar negeri, hal-hal seperti tersebut tidak akan dijumpai, meskipun ada juga kegiatan-kegiatan fisik tetapi yang bersifat menyenangkan dan bebas dipilih oleh mahasiswa. Jika teman-teman penasaran, langsung saja ya kita membahas apa-apa saja sih yang dilakukan selama masa orientasi, atau lebih dikenal dengan sebutan Orientation Week (O-Week), di Australia.

2

Suasana Saat Welcoming Speech di ANU

  1. Sesi Induksi Universitas dan Fakultas

Nah, salah satu agenda penting selama  O-Week yang wajib untuk tidak dilewatkan adalah sesi induksi (Induction session). Sesi ini biasanya terdiri atas dua, yakni yang diberikan oleh universitas dan juga yang diberikan oleh fakultas. Induksi dari universitas berupa pengenalan sistem perkuliahan di kampus tersebut, dan dibagi dalam beberapa workshop yang dapat dipilih oleh mahasiswa untuk dihadiri. Hal-hal yang dipaparkan seperti: “Managing Your Time”, “Essay Writing Strategies”, “Managing The Reading” dan kemampuan-kemampuan lainnya yang dibutuhkan oleh mahasiswa tahun pertama selama menempuh studi di universitas. Sesi induksi lainnya adalah yang diberikan oleh fakultas atau college masing-masing. Nah sesi ini tidak kalah pentingnya, karena ini adalah kesempatan perdana para mahasiswa tahun pertama untuk bertemu langsung dengan staf akademik di fakultasnya masing-masing, termasuk bertemu dengan convenor. Convenor ini terbagi lagi jadi dua, yakni course convener, yakni dosen yang mengasuh mata kuliah, dan program convenor. Kalau di Indonesia, program convenor seperti kaprodi lah ya. Nah disitu teman-teman bisa berdiskusi langsung terkait rencana studi kedepan dan hal-hal akademik lainnya. Informatif sekali kan ya ?

3

Salah Satu Sesi Workshop Selama O-Week di ANU

  1. Kesempatan Bergabung dengan Organisasi Kampus

Selama minggu orientasi, banyak stall yang akan didirikan. Salah satunya adalah stall-stall dari organisasi mahasiswa di jurusan masing-masing, seperti Law Students’ society atau Math Students’ society. Tidak hanya academic society saja yang punya stall, tetapi society yang bersifat fun juga ada, seperti society untuk penggemar permainan League of Legends (LoL) atau society penggemar budaya Korea juga ada. Selain itu ada juga stall yang didirikan oleh perhimpunan mahasiswa negara tertentu, seperti Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA), perhimpunan pelajar mahasiswa Malaysia dll. Di stall-stall tersebut, biasanya disediakan kuliner lokal masing-masing negara, lumayan kan bisa dicicipi. Jadi sepanjang deretan stall-stall, teman-teman bebas untuk berjalan mengunjungi stall manapun yang disukai. Satu lagi yang penting dan biasanya tidak disia-siakan oleh mahasiswa tahun pertama, teman-teman biasanya diberikan merchandise kecil-kecilan, seperti tas, botol air, gelas dll. Sangat berguna kan?

  1. Tur Pengenalan Kampus

Aktivitas tidak kalah penting lainnya adalah tur mengelilingi beberapa fasilitas penting di kampus. Tur ini biasanya dibawakan oleh mahasiswa tingkat lanjut dan tersedia selama beberapa kali dalam satu hari. Mahasiswa baru akan diajak berkeliling dengan berjalan kaki untuk diperkenalkan dengan fasilitas-fasilitas penting di kampus, seperti gym dan perpustakaan. Oh iya, perpustakaan juga mempunyai tur untuk memperkenalkan mahasiswa dengan fasilitas-fasilitas dalam perpustakaan dan tata cara peminjaman buku, perpanjangan masa peminjaman, pengunaan fasilitas didalamnya seperti mesin kopi, printer dan komputer.

  1. Kegiatan-Kegiatan mingle Bersama Mahasiswa Tahun Pertama

Kampus-kampus di Australia juga mempunyai aktivitas untuk saling kenal dan mengakrabkan diri, tetapi aktivitas itu dikemas dalam bentuk yang tidak akan menguras fisik teman-teman, atau bahkan sampai menyebabkan teman-teman sakit. Aktivitasnya biasanya dikemas menjadi kegiatan seperti nonton bareng di theatre kampus, meet and greet dinner, student welcome evening dll. Jadi, selain sesi berkenalannya dapat, teman-teman juga mendapatkan tambahan berupa hiburan.

1

Foto Bersama Vice-Chancellor ANU, Prof. Brian Schmidt, di sela kegiatan Postgraduate Meet & Greet

Nah sekian beberapa aktivitas yang biasa dilakukan selama O-Week di kampus-kampus di Australia. Gimana menurut teman-teman? Apakah mempunyai impian agar kegiatan-kegiatan seperti itu juga dapat diterapkan di kampus-kampus di Indonesia?.

Sampai jumpa di artikel berikutnya !

Oleh: Albert Christian Soewongsono S.Si., M.Math.Sci. (Adv)

Berbagi Pengalaman Sebagai Tutor di Universitas di Australia

Apakah pernah terlintas di pikiran teman-teman untuk mendapatkan kesempatan mengajar mahasiswa di kampus luar negeri?

Ketika teman-teman berkesempatan mengenyam pendidikan di luar negeri, teman-teman juga dapat memperoleh pengalaman lainnya yaitu menjadi tutor ketika sedang berkuliah. Mungkin teman-teman penasaran bagaimana sih cara untuk mendaftar, apa saja syarat-syaratnya, hingga kesan-kesan selama membimbing mahasiswa lokal maupun Internasional, terlebih ketika Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Inggris, yang mana bukan merupakan bahasa pertama saya. Dalam artikel ini, saya akan coba menjelaskan pertanyaan-pertanyaan di atas, dan mengambil beberapa poin yang saya pikir baik jika diterapkan di universitas di Indonesia.

Pertama-tama, ada baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu secara singkat tentang sistem pendidikan di sana. Jadi, di universitas-universitas luar negeri, perkuliahan dibagi menjadi dua, yakni Lecture dan Tutorial. Lecture diberikan langsung oleh dosen mata kuliah kepada seluruh mahasiswa yang mendaftar dalam mata kuliah tersebut. Lecture hanya berupa penyampaian materi dan jika ada pembahasan soal, biasanya hanya sedikit saja. Ini selain dikarenakan bukan porsi dari lecture, tetapi juga karena durasi lecture adalah 1 hingga 2 jam saja, pada umumnya hanya 1 jam, terlebih jika teman-teman mengambil Matematika dan jurusan-jurusan sains lainnya. Kalau di Indonesia, lecture seperti kelas-kelas perkuliahan yang teman-teman ikuti. Nah, tutorial dimaksudkan sebagai wadah untuk teman-teman berdiskusi mengenai materi perkuliahan yang sudah disampaikan oleh dosen. Pada setiap tutorial, biasanya dosen sudah menyiapkan worksheet untuk dikerjakan dan didiskusikan. Worksheet tersebut kebanyakan tidak masuk dalam penilaian, meskipun ada juga yang memasukkannya sebagai penilaian. Semuanya tergantung dari struktur mata kuliah masing-masing. Terkait struktur mata kuliah hingga sistem enrolment disana, akan saya jelaskan pada lain kesempatan ya. Jika lecture diberikan langsung oleh dosen, maka tutorial dibimbing oleh tutor. Satu tutor mempunyai tanggung jawab untuk memegang 1 hingga 2 kelas tutorial, tergantung jumlah mahasiswa dalam mata kuliah tersebut dan juga jumlah tutor yang tersedia.

Pertama kali saya menjadi tutor di Mathematical Sciences Institute (MSI) di Australian National University (ANU) adalah ketika saya berada di tahun kedua studi, tepatnya pada awal tahun 2018 yang lalu. Saya mengetahui informasi bahwa mahasiswa magister dapat mendaftar sebagai tutor dari teman saya yang juga sesama mahasiswa magister, namun mahasiswa lokal. Sempat kaget juga ketika diberitahukan bahwa mahasiswa magister dapat juga melamar, karena kebanyakan program studi di sana mensyaratkan mahasiswa Ph.D sebagai salah satu syarat menjadi tutor, terlebih jika teman-teman mengambil ilmu-ilmu sosial sebagai bidang studi. Kalau teman-teman mengambil studi di bidang Matematika dan ilmu sains lainnya, biasanya tutor adalah mahasiswa sarjana tahun terakhir, mahasiswa honours, mahasiswa magister, dan juga mahasiswa Ph.D. Proses pendaftaran dilakukan secara online selama 1 hingga 2 bulan sebelum semester baru dimulai. Dokumen yang disiapkan juga simpel saja, antara lain: Curriculum Vitae, transkrip akademik terakhir, dan bukti teman-teman pernah mempunyai pengalaman mengajar sebelumnya, jika ada. Apabila teman-teman menjadi tutor di ANU, terdapat Student Experience of Learning & Teaching (SELT), yakni semacam survei yang diberikan ke mahasiswa diakhir semester untuk memberikan penilaian kepada dosen dan tutor. Hasil survei ini dapat digunakan sebagai dokumen pendukung ketika melamar kembali sebagai tutor. Oh iya, pemberian feedback sangat penting di sistem pendidikan di sana dan hasilnya dihargai oleh pihak universitas untuk perbaikan kualitas. Saya berencana membuat artikel lainnya untuk berbagi tentang sistem pemberian feedback di sana, baik dari pihak universitas, maupun feedback berupa hasil tugas dan ujian yang diberikan oleh tutor dan dosen kepada mahasiswa. Di Australia, mahasiswa mempunyai hak untuk mempertanyakan penilaian yang mereka terima. Praktik ini masih jarang dijumpai di Indonesia, berdasarkan cerita dan pengalaman yang saya dengar dari teman-teman saya. Alasan-alasan mengapa praktik tersebut menurut saya sangat penting diterapkan, baik untuk pengajar maupun mahasiswa akan saya bagikan di lain kesempatan.

Kembali ke mekanisme pendaftaran sebagai tutor. Kalau teman-teman baru pertama kali mendaftar sebagai tutor, tetapi ketika di Indonesia, sempat menjadi asisten dosen maka salah satu cara yang dapat teman-teman lakukan adalah dengan meminta surat rekomendasi dari dosen yang menjelaskan peran teman-teman sebagai asisten dosen sebelumnya. Selain dokumen-dokumen diatas, ada juga isian singkat yang perlu diisikan, antara lain: data diri, mata kuliah tertentu yang ingin teman-teman daftar sebagai tutor, dan ketersediaan diri sebagai tutor hingga semester berakhir. Apabila terpilih pertama kali sebagai tutor, teman-teman wajib mengikuti pelatihan sebagai tutor yang dilakukan sepanjang semester berlangsung. Selain pengenalan tentang peran sebagai tutor yang diberikan di awal, modul online akan diberikan secara reguler tiap minggu untuk direfleksikan. Contoh modul-modul jika menjadi tutor Matematika, seperti “Theories about Teaching Mathematics”, “Assessing Students in Class” dll.

Sebagai salah satu syarat untuk bekerja, termasuk sebagai tutor, di Australia, teman-teman harus mengurus terlebih dahulu Tax File Number (TFN) agar dapat memperoleh bayaran sesuai jam kerja. TFN ini berfungsi seperti Nomor Pengguna Wajib Pajak (NPWP) jika di Indonesia. Pengurusan TFN tidaklah ribet, karena dapat dilakukan secara online dan dokumen fisiknya dikirimkan via pos ke alamat rumah teman-teman. Sistem pembayaran di ANU dilakukan tiap dua minggu, dan bayaran sebagai tutor cukup besar. Sebagai gambaran dan motivasi tambahan untuk teman-teman yang mau mendaftar dan mempunyai keinginan untuk berbagi ilmunya, 1 jam tutorial ditambah dengan 2 jam associated working di MSI ANU dibayar sekitar $140.98 per minggunya. Itu hanya untuk 1 kelas tutorial pada 1 mata kuliah saja, biasanya tutor mempunyai tanggung jawab lebih dari satu kelas tutorial jika kelasnya besar, dan juga berkesempatan untuk memberikan tutor mata kuliah yang lain. Selain itu, ada bayaran ekstra diluar rate di atas yang dihitung berdasarkan jam kerja, jika teman-teman memeriksa ujian mahasiswa. Di ANU, klaim jam kerja dilakukan secara online melalui portal HORUS untuk selanjutnya ditinjau dan disetujui oleh Dosen mata kuliah sebelum pembayaran (dilakukan tiap 2 minggu). Berikut, dibawah ini tampilannya;

HORUS

HORUS: Menu tampilan HORUS ANU

Oh iya, yang dimaksudkan dengan associated working adalah waktu untuk mempersiapkan materi, mempersiapkan kuis mingguan (jika ada), memeriksa tugas (jika ada), dan memasukkan nilai mahasiswa ke sistem tiap minggunya. Sebelum terlupakan, teman-teman dari beasiswa LPDP tidak perlu takut dilarang bekerja sebagai tutor di kampus, sebab pekerjaan yang mendukung perkuliahan teman-teman diperbolehkan oleh LPDP.

Semester pertama menjadi tutor, saya berkesempatan menjadi tutor MATH 1013 “Mathematics and Applications I” untuk mahasiswa tahun pertama di MSI ANU. Sebelum tutoring dimulai, ada diskusi awal dengan dosen mata kuliah terlebih dahulu bersama para tutor untuk menjelaskan terkait struktur mata kuliah dan tugas untuk para tutor, serta penyampaian tutorial di kelas. Pertemuan bersama dosen mata kuliah dilaksanakan secara reguler sepanjang semester untuk membahas tentang progres kelas tutorial masing-masing tutor, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi tutor dan juga mahasiswa. Meskipun saya sudah pernah menjadi asisten dosen sebelumnya sewaktu berkuliah di Universitas Nusa Cendana (Undana), tetapi saya juga diselimuti perasaan gugup ketika pertama kali membawakan tutorial untuk mahasiswa yang pada waktu itu sekitar 80% merupakan mahasiswa lokal. Selain karena akan membawakan materi tutorial dalam Bahasa Inggris, tetapi juga karena perbedaan budaya, terlebih jika kelasnya berisikan lebih banyak mahasiswa Internasional. Perlu diingat bahwa respek terhadap budaya masing-masing mahasiswa sangat perlu dijaga oleh seorang tutor, sehingga jangan sampai dalam tutorial menyinggung budaya tertentu.

Teman-teman mungkin bertanya apakah peran sebagai tutor mirip dengan peran sebagai dosen, yakni dalam penyampaian materi. Jawabannya, tidak sepenuhnya sama. Perbedaan mendasarnya, tutor hanya menyampaikan materi di awal seputar topik tutorial pada minggu tersebut secara singkat saja, sekitar 10-15 menit. Setelah itu, mahasiswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan soal-soal dalam worksheet yang diberikan. Tugas tutor adalah mengobservasi dan berkeliling ke setiap kelompok diskusi, jika ada pertanyaan dari mahasiswa. Dari pengalaman, tutor juga harus berinisiatif untuk menanyakan langsung ke mahasiswa apabila ada pertanyaan, sebab tidak semua mahasiswa berinisiatif untuk bertanya, terutama jika bekerja dalam kelompok. Di akhir tutorial, tutor akan menjelaskan solusi dari worksheet yang diberikan, jika masih cukup waktu. Kenapa saya mengatakan ‘jika cukup waktu’? Hal itu karena tutor tidak wajib memberikan semua solusi dari worksheet. Selain disebabkan oleh keterbatasan waktu (1 jam per tutorial), mahasiswa diharapkan semaksimal mungkin dapat menyelesaikan worksheet yang diberikan secara mandiri. Tutor juga diharapkan untuk mengikuti perkembangan materi yang disampaikan oleh dosen setiap minggunya, dan rajin mengecek forum diskusi online mahasiswa di ANU, yakni Wattle, jika ada pertanyaan yang belum terjawab pada forum diskusi tersebut. Pembahasan tentang forum tersebut akan saya bahas di lain kesempatan.

Wattle.jpg

Wattle: Menu tampilan Wattle untuk Modul Online Tutor

Saya berharap sistem lecture dan tutorial, serta melibatkan mahasiswa sebagai tutor (Pada penerapannya, tutor dan asisten dosen itu berbeda) dapat diterapkan dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Hal ini akan membantu mengurangi beban dosen di Indonesia yang harus mengajar, memeriksa pekerjaan mahasiswa, dan juga mengerjakan kewajiban melakukan penelitian, yang secara tidak langsung berdampak kepada mahasiswa. Dari pengalaman sewaktu kuliah s1 maupun dari cerita yang didengar, hasil tugas mahasiswa jarang dikembalikan atau bahkan tidak pernah dikembalikan, padahal itu merupakan hak mahasiswa untuk mendapatkan feedback. Ataupun jika mendapatkan feedback, tidak dilakukan tepat waktu. Melibatkan peran mahasiswa sebagai tutor, menurut saya, dapat membantu dalam menghilangkan permasalahan tersebut. Hal tersebut juga akan memberikan dampak positif bagi mahasiswa yang berpartisipasi sebagai tutor. Selain untuk curriculum vitae bagi ybs, jika dikemudian hari tutor tersebut ingin kembali sebagai dosen, tentu sudah punya punya pengalaman mengajar sebelumnya sehingga tidak terkesan ‘kaku’ ketika menyampaikan materi ke mahasiswa. Terkait penerapan casual work sebagai tutor di Indonesia, jika terkendala alokasi dana (meskipun harapannya untuk dapat diatur), maka berupa ‘pengakuan’ seperti sertifikat, sebagai contoh, terhadap tutor saya rasa cukup, karena itu akan berguna kedepannya baik untuk melamar beasiswa maupun pekerjaan.

Barangkali ada yang meragukan apabila sistem ini diterapkan di Indonesia, karena terkendala waktu perkuliahan yang tersedia setiap minggunya. Namun, rata-rata waktu perkuliahan di Indonesia sekitar 2 jam, jadi bisa saja dibagi 1 jam pertama untuk penyampaian materi dari dosen saja dan 1 jam berikutnya untuk tutorial. Berkaca sewaktu berkuliah di ANU, 1 jam penyampaian materi cukup untuk mencakup keseluruhan materi dalam satu semester. Sebagai informasi, 1 mata kuliah di ANU setara 6 sks di Indonesia. Nah, agar implementasi bisa lancar, tentu sebagai pengajar juga harus disiplin baik dari ketepatan waktu mengajar tiap minggunya, serta perkuliahan yang benar-benar dialokasikan untuk penyampaian materi saja ya!

Sampai jumpa di artikel berikutnya !

Oleh: Albert Christian Soewongsono S.Si., M.Math.Sci. (Adv)